" Nama Kelompok : ANTI ANEMIA
1. Nur walimah (
NH0513070)
2. Hasmayani (NH0513037)
3. Astika ( NH0513010)
4. Fitri Dahlan
(NH0513030)
5. Hapsa (0513035)
OBAT TBC
Tuberkulosis (TBC) dapat
menyerang berbagai organ tubuh tetapi yang akan dibahas adalah obat TBC untuk
paru-paru. Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan
cepat dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat TBC dapat
menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman
dan hasil ini tetap negatif selamanya.
Obat yang digunakan untuk TBC
digolongkan atas dua kelompok yaitu :
- Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin,
Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. - Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Meskipun demikian, pengobatan TBC
paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan
pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau
lebih obat TBC primer ini.
Isoniazid
Isoniazid atau isonikotinil
hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik
(menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri).
Mekanisme kerja isoniazid memiliki
efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah
menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur
penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan
menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium.
Isoniazid mudah diabsorpsi pada
pemberian oral maupun parenteral. Kadar puncak diperoleh dalam waktu 1–2 jam
setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia
kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik yang secara bermakna
mempengaruhi kadar obat dalam plasma. Namun, perbedaan ini tidak berpengaruh
pada efektivitas dan atau toksisitas isoniazidbila obat ini diberikan setiap
hari.
Efek
samping
Mual, muntah, anoreksia, letih,
malaise, lemah, gangguan saluran pencernaan lain, neuritis perifer, neuritis
optikus, reaksi hipersensitivitas, demam, ruam, ikterus, diskrasia darah,
psikosis, kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan BAK,
kekurangan vitamin B6, penyakit pellara, hiperglikemia, asidosis metabolik,
ginekomastia, gejala reumatik, gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus.
Resistensi
Resistensi masih merupakan
persoalan dan tantangan. Pengobatan TBC dilakukan dengan beberapa kombinasi obat
karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan mudah terjadi resistensi.
Disamping itu, resistensi terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam
meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara 6–9 bulan sehingga
pasien banyak yang tidak patuh minum obatselama menjalani terapi.
Isoniazid masih merupakan obat
yang sangat penting untuk mengobati semua tipe TBC. Efek sampingnya dapat
menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk mengkonsumsi vitamin penambah
darah seperti piridoksin (vitamin B6).
TB vit B6 sudah mengandung isoniazid dan vitamin B6 dalam satu
sediaan, sehingga praktis hanya minum sekali saja. TB vit B6 tersedia
dalam beberapa kemasan untuk memudahkan bila diberikan kepada pasien anak-anak
sesuai dengan dosis yang diperlukan. TB Vit B6 tersedia dalam bentuk:
- Tablet
Mengandung INH 400 mg dan Vit B6 24 mg per tablet - Sirup
Mengandung INH 100 mg dan Vit B6 10 mg per 5 ml, yang tersedia dalam 2 kemasan :
Perhatian:
- Obat TBC di minum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai dengan dosisnya.
- Penghentian penggunaan obat TBC harus dilakukan atas seizin dokter.
PENGOBATAN TBC
Pengobatan
TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita
TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC
(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)
memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.
- Pencegahan (profilaksis) primer
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).
INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).
Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada. - Pencegahan (profilaksis) sekunder
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
Obat
yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
- Obat
primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. - Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Dosis obat antituberkulosis (OAT)
Obat
|
Dosis harian
(mg/kgbb/hari) |
Dosis
2x/minggu
(mg/kgbb/hari) |
Dosis
3x/minggu
(mg/kgbb/hari) |
INH
|
5-15 (maks 300 mg)
|
15-40 (maks. 900 mg)
|
15-40 (maks. 900 mg)
|
Rifampisin
|
10-20 (maks. 600 mg)
|
10-20 (maks. 600 mg)
|
15-20 (maks. 600 mg)
|
Pirazinamid
|
15-40 (maks. 2 g)
|
50-70 (maks. 4 g)
|
15-30 (maks. 3 g)
|
Etambutol
|
15-25 (maks. 2,5 g)
|
50 (maks. 2,5 g)
|
15-25 (maks. 2,5 g)
|
Streptomisin
|
15-40 (maks. 1 g)
|
25-40 (maks. 1,5 g)
|
25-40 (maks. 1,5 g)
|
Sejak
1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan
manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng
direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia
� WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in Indonesia
pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu
pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan
serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di masyarakat. Program ini
dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan obat setiap hari,terutama
pada fase awal pengobatan.
DAFTAR
PUSTAKA
https://teknologitinggi.wordpress.com/tag/tuberkulosis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar